22 November 2025

Get In Touch

'Comeback Glamor 2016'

'Comeback Glamor 2016'

SURABAYA ( LENTERA ) - Kombinasi inovasi skincare, rutinitas minimal, dan budaya efisiensi membuat gaya make up 2016 seolah tak tergeser.

Tapi, kembalinya estetika ini terlihat jelas di media sosial. Tren nostalgia bermunculan lebih cepat dari prediksi para analis gaya hidup. Setelah sempat dibanjiri vibe Y2K dan inspirasi kecantikan 90-an, kini siklus tren bergerak ke fase baru. Ada kebangkitan kembali gaya 2016 yang pernah ditandai oleh “King Kylie”, para beauty YouTuber, dan kultur makeup yang dianggap “all out”.

Riasan tahun 2016 memiliki karakter yang kuat. Dengan foundation matte, alis tebal terdefinisi, cut crease berkilau, contour intens, highlighter yang terlihat dari kejauhan, serta lipstik cair matte yang ikonik.

Identitas itu kembali melejit di TikTok karena Gen Z—generasi yang dahulu masih remaja—meromantisasi masa ketika kreativitas riasan terasa bebas tanpa batasan.

Bagi banyak orang, 2016 adalah masa ketika semua orang memakai full glam setiap hari. Dalam komentar netizen, nostalgia itu sering terasa personal. Salah satu komentar yang banyak beredar berbunyi: “everyone wants it back i miss doing full on eyeshadow looks and coloured lips”.

Sebuah pengakuan jujur bahwa riasan bold memberi rasa puas tersendiri yang tidak ditemukan pada clean look.

Para ahli tren menyebut fenomena ini sebagai “sentimental trend cycle”, yaitu ketika gaya dari masa lalu bukan hanya kembali sebagai estetika, tetapi juga sebagai bentuk pencarian memori emosional.

Mengapa Tren Ini Kembali?

Ada beberapa pemicu. Pertama, nostalgia visual. Mereka yang aktif memakai makeup di 2016 kini merasa ingin mengulang masa kejayaan bereksperimen tanpa takut “too much”.

Selanjutnya adalah siklus tren alamiah. Dalam fashion dan kecantikan, sesuatu yang dulu dianggap berlebihan dapat menjadi segar kembali jika diberi sentuhan baru.

Dorongan influencer dan konten kreator juga membuat tren itu kembali. Tutorial glam kembali populer, didukung algoritma TikTok yang menyukai transformasi dramatis.

Selain itu, setelah bertahun-tahun mendewakan kesederhanaan, banyak orang rindu “bermain” dengan warna dan tekstur. Studi perilaku konsumen juga menunjukkan bahwa masa pemulihan ekonomi dan budaya sering memicu tren riasan yang lebih ekspresif sebagai bentuk pelarian dan self-expression.

Meski DNA-nya sama, comeback ini bukan sekadar copy paste. Ada evolusi penting. Mulai dari finish lebih modern. Matte tetap digunakan, tapi kini dicampur satin atau glow ringan untuk tampilan skin-like.

Teknik saat ini juga lebih halus. Cut crease atau contour tidak lagi “blocky”, namun lebih ter-blend agar cocok dipakai harian.

Formula produk juga berkembang. Foundation lebih ringan tapi tetap full coverage; lip cream kini lebih nyaman dan tahan lama.

Ruang kreatif lebih luas sehingga subkultur makeup seperti e-girl glam, alt glam, dan glam editorial memberi sentuhan modern yang tak ada di 2016.

Selain itu, permintaan untuk produk glam juga meningkat. Laporan tren kecantikan 2024–2025 dari beberapa brand global menunjukkan kenaikan pembelian lipstik bold, eyeshadow metalik, dan highlighter intens, menandakan pergeseran preferensi konsumen.

Kembalinya glamor 2016 bukan hanya soal makeup. Ini adalah cerminan dinamika psikologis generasi muda yang kini lebih berani menunjukkan diri. Tren ini juga berkaitan dengan budaya digital, ketika identitas visual menjadi bagian penting dalam interaksi sosial.

TikTok menjadi bukti bahwa tren makeup dapat melampaui waktu, bukan hanya karena estetika, tetapi karena nilai emosional yang dibawa.
Pada akhirnya, 2025 memperlihatkan bahwa kecantikan tidak memiliki satu standar tunggal. Clean look dan glam look dapat hidup berdampingan. Semua pilihan valid dan layak dirayakan. (tin,ist/dya)

Share:
Lenterabandung.com.
Lenterabandung.com.