08 October 2025

Get In Touch

Napak Tilas untuk Persatuan

Subakti Sidik (DokPri)
Subakti Sidik (DokPri)

KOTA SOLO (Lentera) -Wartawan seluruh Indonesia "tumpek-blek" di Kota Solo. Jumlahnya mencapai ribuan. Mereka adalah angota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Ya, organisasi wartawan tertua dan terbesar di Indonesia. Itu terjadi 4 - 5 Oktober 2025.

Yang datang bukan hanya pengurus PWI Pusat. Yang hari itu dikukuhkan. Setelah kongres di Jakarta beberapa waktu lalu. Tetapi juga para supporter. 

Dari jauh mereka datang, bukan untuk wisata. Mereka hadir, untuk menunjukkan, bahwa PWI masih eksis. Telah kompak. PWI telah bersatu kembali.

Setelah "terpecah" sekitar dua tahun. Para pemburu dan penyebar berita antusias berintrospeksi untuk kembali ke jati diri. 

Mereka sadar. Perpecahan hanya berbuah kerugian. Program-program organisasi mandek total. Kekerabatanpun jadi renggang. 

Mengapa pengukuhan diselenggarakan di Solo? Ini dimaksudkan sebagai napak tilas.

Ya, napak tilas ketika Indonesia baru merdeka satu tahun. Insan pers dari seluruh Indonesia berkumpul di kota ini. 

Di Gedung Monumen Pers yang hingga kini tampak megah. Di situlah, mereka bersatu dan bersepakat mendirikan organisasi Persatoean  Wartawan Indonesia (PWI). 

Mereka datang dari seluruh Indonesia. Beberapa diantaranya harus naik kapal tua yang berkecepatan rendah. Sehingga sampai Solo, hampir sebulan. Bayangkan.....!!!

Mereka datang darim jauh, untuk menunjukkan semangatnya. Perlunya membentuk PWI. Untuk mempersatukan wartawan dalam tugas mencerdaskan bangsa. 

Semangat itulah yang dibangkitlan kembali. Agar anggota PWI kembali bersatu. Meneladani para seniornya.

Wajah Ketua PWI terpilih, Akhmad Munir pun tampak ceria. Berbinar. "Oreng Medure" ini benar-benar gembira memperoleh sambutan yang bagus dari pengurus dan anggota.

Awal yang indah dalam berkiprah. 
    
Silaturasa

Acara  dihadiri Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid. Ia mengapresiasi semangat baru dan persatuan yang terjalin dalam kepengurusan PWI yang baru. 

Gelaran ini ditutup dengan Garden Party di Taman Balekambang. Taman peninggalan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya  Mangkunegara VII. 

Taman ini dibangun tahun 1921. Sebagai tanda kasih sayang pada kedua putrinya: GRAy Partinah Sukanta dan GRAy Partini Husein Djajadiningrat 

Jamuan ini atas prakarsa Walikota Surakarta, Respati Ardi. Di taman inilah Mangkunegara biasanya menjamu para raja.

Para wartawan menikmati hidangan bak raja. Hidangan favoritnya 'thengkleng'. Ini masakan daging kambing. Semacam gulai, tanpa santan. Berkuah encer.  Disantap panas-panas. Terasa nikmat.

Jamuan makan malam ini unik. Tema yang tertulis di backdrop menggelitik. "Silaturasa. Sakinah - Mawaddah- Warahmah".  Biasa disingkat "Samawa". Asyik kan....?.

Tak hanya "silaturahmi". Tapi juga disertai "rasa"'. Bertemu untuk menghilangkan rasa kesal. Melenyapkan dendam kesumat. Kalaupun masih ada.

"Samawa".  Kata itu sering kita dengar pada acara-acara pernikahan. Maknanya, kurang lebih: kedamaian, ketenangan dan  saling mengasihi.

Maka, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi yang hadir di acara itu tak bisa menahan tawanya. "Seperti acara kawinan," ujarnya.

"Ya, acara memang  dibuat bersuasana santai", kata Gus Anas. Panggilan akrab Anas Sahirul, Ketua PWI Surakarta.  

Dan  lantunan suara Wakil Wali Kota Solo, Astrid Widayani, memancing semuanya berdiri dan berjoget (*)

Penulis: Subakti Sidik, Wartawan Senior PWI|Editor: Arifin BH

Share:
Lenterabandung.com.
Lenterabandung.com.